Dengan tinggi 4 kaki atau 1,2 meter, batu ini nampak biasa saja, tak ada yang istimewa. Namun, siapa sangka ia yang menyelamatkan nyawa penduduk Aneyoshi, Prefektur Iwate, saat tsunami dahsyat menerjang Jepang, 11 Maret 2011 lalu.
peringatan: "Jangan mendirikan
rumah di bawah titik ini." Siapapun yang melanggar akan menghadapi risiko banjir dan tsunami.
posisi genting. Gelombang tsunami
2011 menerjang, hanya 300 kaki atau 91,44 meter di bawah prasasti
itu.
kerap kali terjadi. Para leluhur
mencoba memperingatkan generasi
mendatang melalui batu-batu prasasti
yang biasa ditemui di sepanjang
pantai. Beberapa batu bahkan berusia 600 tahun.
moyang mereka," kata Itoko
Kitahara, ahli bencana alam dari Ritsumeikan University di Kyoto,
kepada New York Times.
menewaskan 22.000 orang, yang
meyakinkan warga Aneyoshi untuk
pindah ke wilayah yang lebih tinggi
dan menetap di sana.
selamat. Setelah musibah itu, prasasti batu didirikan. Batu itulah
yang diyakini penduduk desa, telah
menyelamatkan mereka dari tsunami
1960.
pengalaman, penduduk desa
menganggap prasasti tersebut adalah aturan dari para leluhur. "Tak ada satupun yang berani melanggarnya."
skala Richter dan tsunami yang
menewaskan 29.000 orang, yang
paling parah sejak gempa Jongan
tahun 869, tak menyentuh
Aneyoshi. Meski ada warga yang kehilangan empat keluarganya yang
hanyut saat bepergian di kota
tetangga.
meniru apa yang dilakukan para
leluhur. Cat biru ditorehkan di titik
dimana gelombang tsunami 2011
menjangkau bukit.
leluhur juga diwujudkan saat menamai sebuah lokasi. Misalnya Nokoriya yang diterjemahkan sebagai 'Lembah Korban' atau Namiwake
yang berarti pinggiran ombak.
tersebar di hampir seluruh Jepang,
banyak juga yang mengabaikannya.
Mereka mengabaikan nasehat para
nenek moyang dan membangun rumah dekat pantai. Dan, akibatnya fatal.
orang lebih," kata penulis dan ahli tsunami, Fumio Yamashita.
sumber : http://vivanews.com/
No comments:
Post a Comment